Ø Prinsip dalam UU.No 41/2004, Pasal 40
-
41
terhadap status
harta benda yang telah diwakafkan
Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan
dilarang:
- dijadikan jaminan;
- disita;
- dihibahkan;
- dijual;
- diwariskan;
- ditukar;
atau
- dialihkan
dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
Pengecualian :
Lihat Pasal 41
- Ketentuan
dalam Pasal 40 huruf f (ditukar) dikecualikan apabila harta benda wakaf yang
telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana
umum tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah.
- Pelaksanaan
ketentuan tersebut hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis
dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.
- Harta
benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian
tersebut (point 1), wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan
nilai tukar sekurang. kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.
- Ketentuan
mengenai perubahan status harta benda wakaf diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Prinsip dalam KHI, Pasal 225 Thdp Status Harta Benda Yang Telah Diwakafkan
• Pada
dasarnya tidak dapat dilakukan perubahan
atau penggunaan lain selain dari pada apa yang dimaksud dalam ikrar
wakaf.
• Penyimpangan
dari ketentuan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah
terlebih dahulu mendapat persetujuan
tertulis dari Kepala KUA Kecamatan berdasarkan saran dari Majelis Ulama Kecamatan dan Camat setempat dengan
alasan:
a)
karena tidak sesuai lagi dengan tujuan
wakaf seperti diikrarkan oleh wakif;
b)
karena kepentingan umum.
Hukum
Tukar Guling Wakaf
• Tukar
guling wakaf dalam bahasa arab sering disebut dengan istibdal wakaf; yaitu
menukar wakaf dengan sesuatu, baik wakaf itu dijual terlebih dahulu kemudian
diganti dengan barang yang lain atau dipindah lokasinya.
• Masalah
ini masih menjadi polemic di antara pengelola wakaf dan masyarakat. Karena
perbedaan persepsi tentang hokum istibdal wakaf (tukar guling wakaf), padahal
hokum ini telah dibahas kira-kira 10 abad yang lampau oleh para ulama’ 4
madzhab.
Menurut 4 madzhab
• Dalam
perspektif mazhab Hanafiyah,
hukum
Istibdal adalah boleh. Landasan kebijakannya adalah kemaslahatan dan manfaat
yang abadi yang menyertai praktik Istibdal. Walaupun masih ada perselisihan
dikalangan mereka namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Selama Istibdal itu
dilakukan untuk menjaga kelestarian dari manfaat barang wakaf, maka syarat
”kekekalan” wakaf terpenuhi dan itu tidak melanggar syariat. Jadi yang dimaksud
syarat ”abadi” disini bukanlah mengenai bentuk barangnya saja tapi juga dari
segi manfaatnya yang terus berkelanjutan. ( البحر
الرائق شرح كنز الدقائق - (ج 14 / ص 396 ,
• Dalam
kitab Syarh Al-Wiqayah, Abu Yusuf (113-183 H) menyatakan: ”jika barang wakaf
sudah tidak terurus dan tidak bisa memberikan keuntungan lagi maka barang
tersebut boleh diganti. Walaupun tanpa syarat Istibdal (penggantian)
sebelumnya.” ( البحر الرائق شرح كنز الدقائق - (ج
14 / ص 396 ,
Dalam perspektif mazhab Malikiyah
• pelaksanaan
Istibdal tidak diperbolehkan menurut sebagian besar ulama malikiyah. Imam Malik
melarang tukar guling wakaf pada benda yang tidak bergerak, seperti masjid,
kuburan atau jalan raya. Beliau mengecualikan bila dalam keadaan darurat
seperti perluasan. Sedang Ulama malikiyah membolehkan menukar gulingkan wakaf
manqul (benda bergerak) apabila ditakutkan berkurang manfaatnya.
• karena
barang wakaf yang sudah rusak dan tidak bisa menghasilkan manfaat lagi maka
akan menimbulkan biaya perawatan yang lebih besar daripada manfaat yang
dihasilkan. Menurut Ibn Rusyd (wafat 1198 M), hukum ini telah mendapat restu
dari semua ulama Malikiyah. Terlebih jika barang wakaf tersebut akan bertambah
rusak bila dibiarkan.
Dalam perspektif mazhab Syafi’i
• Sementara
ulama Syafiiyah sangat hati-hati mengenai pelaksanaan Istibdal wakaf. Mereka
tidak memperbolehkan tukar guling wakaf yang bergerak, hal ini berseberangan
dengan madzhab malikiyah yang membolehkannya. Sikap ini lahir karena pemahaman
mereka mengenai ”kekekalan” wakaf. Kekekalan versi mazhab Syafiiyah adalah
kekelan bentuk barang wakaf tersebut. Sehingga terkesan mereka mutlak melarang
Istibdal dalam kondisi apapun. Mereka mensinyalir, penggantian tersebut dapat
berindikasi penilapan atau penyalahgunaan barang wakaf.
Dalam perspektif mazhab Hambali
• madzhab Hambali lebih bersifat moderat
(pertengahan) meskipun tidak seleluasa mazhab Hanafiyah. Mengenai Istibdal ini,
mazhab Hambali tetap membolehkan dan tidak membedakan berdasarkan barang wakaf
bergerak atau tidak bergerak. Bahkan terkesan sangat mempermudah izin untuk
melakukan praktik Istibdal wakaf. Mereka berpendapat bahwa jika barang wakaf
dilarang untuk dijual —sementara ada alasan kuat untuk itu— maka kita telah
menyia-nyiakan wakaf
Ibnu
Qudamah berkata,
• إن الوقف إذا خرب وتعطلت
منافعه، كدار انهدمت، أو أرض خربت وعادت مواتا ولم تمكن عماراتها، أو مسجد انتقل أهل
القرية عنه، وصار في موضوع لا يصلى فيه، أو ضاق بأهله ولم يمكن توسيعه في موضوعه، أو
تشعب جميعه ولم تمكن عمارته ولا عمارة بعضه إلا ببيع بعضه، جاز بيع بعضه لتعمر به بقيته،
وإن لم يكن الانتفاء بشيء منه بيع جميعه
(فتاوى ورسائل محمد بن إبراهيم آل الشيخ - (ج 9 / ص ۱٦١
Kesimpulan pendapat mereka
• Madzhab
hanafi paling longgar dalam masalah ini, kemudian diikuti madzhab maliki, di
ujung lain madzhab syafii cenderung sangat hati-hati bahkan sebagia ulama’nya
melarang mutlak istibdal wakaf. Madzhab hambali pertengahan di antara dua
pendapat di atas, tetapi berbeda dalam
masalah tukar guling wakaf masjid, tiga madzhab tidak memperbolehkan sedang madzhab hambali
memperbolehkan istibdal wakaf masjid dengan beberapa dalil.
الدليل الأول:
ما روي من أن عمر بن الخطاب ـ رضي الله عنه ـ نقل مسجد الكوفة القديم إلى مكان آخر،
وصار الأول سوقاً للتمَّارين، فهذا إبدال لِعَرَصَة المسجد·
الدليل الثاني:
أن عمر وعثمان بنيا مسجد النبي صلى الله عليه وسلم على غير بنائه الأول، وزادا فيه،
وكذلك المسجد الحرام، وهذا دليل لإبدال بنائه ببناء آخر·
،بالأرض
ولألصقتها الكعبة لنقضت بجاهلية عهد حديثو قومك أن لولا >:لعائشة قال وسلم عليه
الله صلى النبي أن من لصحيحين في ثبت ما:الثالث
لدليل
بناء
تغيير فيجوز ،الكعبة بناء غيَّر وسلم عليه اللهصلى النبي لكان الراجح المعارض
فلولا ،<الناس منه يخرج وباباً ،منه الناس يدخل باباً :بابين لها ولجعلت
• ·الراجحة
المصلحة لأجل ،صورة إلى صورة من الوقف
Pendapat
Ibnu Taimiyah
• Ibnu
taimiyah merojihkan bolehnya menjual dan menukar gulingkan wakaf baik wakaf
bergerak atau tidak bergerak seperti masjid, dengan syarat barang wakaf
tersebut tetap bermaslahat dan pewakaf tidak mensyaratkannya.
المسائل
الماردينية: ابن تيمية، ص 331، وما بعدها
By: Fasihudin Arafat, S.H., S.H.I
0 komentar:
Posting Komentar